. KONSEP
SENI
1. Pengertian
Seni
Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan
mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata
seni berasal dari kata “sani” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan
jiwa”. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan
membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “ART”
(artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah
kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya
kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh
suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka.
Seni adalah proses yang sengaja mengatur unsur-unsur dalam
suatu cara yang menarik indra atau emosi. Ini mencakup berbagai macam kegiatan
manusia, ciptaan, dan cara berekspresi, termasuk musik, sastra, film, patung,
dan lukisan. Makna seni ini dibahas dalam cabang filsafat yang dikenal sebagai
estetika.
2. Sifat Seni
Secara Umum
Seni memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan,
abadi, dan universal. Pengertian kreatif adalah kemampuan seseorang untuk
mengubah sesuatu yang ada menjadi baru dan orisinil. Contoh: Batu yang diubah
menjadi patung, tanah liat dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi musik,
gerakan menjadi sebuah tarian, dll. Sifat individual adalah bahwa suatu karya
seni memiliki ciri perseorangan dari penciptanya. Lagu-lagu yang diciptakan
Ebit G. Ade, sangat berbeda dengan lagu-lagu Rhoma Irama, Titik Puspa, atau pun
yang lainnya. Atau lukisan Afandi sangat berbeda dengan lukisan-lukisan Basuki
Abdullah, Raden Saleh, Popo Iskandar, Piccaso, Van Googh, maupum pelukis
lainnya. Ciri khas pribadi inilah yang merupakan identitas dari karya mereka.
Seni memiliki sifat perasaan, pengertiannya dalam membuat
karya seni selalu melibatkan emosi dan jiwa. Oleh sebab itu, untuk dapat
menikmati sebuah karya harus menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam.
Sebuah lagu yang diciptakan melalui perasaan seorang seniman, kemudian
dibawakan seorang penyanyi yang menjiwai isi lagu itu. Tampil dalam suara dan
penampilan yang seirama, maka para pendengar lagu itu akan tergugah hatinya.
Semua itu jika ada kesungguhan dalam menggunakan indera rasa seperti yang
dilakukan pencipta dan penyanyinya.Seni memiliki sifat abadi atau keabadian.
Sesungguhnya semua pembuatan manusia memiliki sifat demikian, yaitu perbuatan
baik atau tercela yang sudah dilakukan tidak dapat dibatalkan. Seseorang yang
telah berjasa kepada kita, sosoknya akan selalu melekat sampai akhir hayat,
walau pun mungkin bendanya sudah hilang ditelan masa. Jika membuat karya seni
memiliki tujuan estetik atau keindahan, hendaknya orang yang menikmatinya turut
berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan terpuji. Maka layaklah
seorang seniman mendapat penghargaan ketika ada anak yang berbuat sesuatu
kebaikan jika terpengaruh (menangkap amanat) cerita film, novel, syair lagu,
dll. Tetapi sebaliknya, siapa yang bersalah jika kelakuan tidak baik diakibatkan
oleh pengaruh cerita film atau buku-buku yang tidak mendidik? Seni bersifat
universal, artinya seni tidak mengenal batasan waktu, bangsa, bahasa, dll.
Sebagai contoh, semua orang yang berlainan bahasa akan tertawa terbahak-bahak
ketika melihat tingkah laku badut sirkus yang sangat lucu. Atau seorang yang
melihat gambar karikatur akan tersenyum tanpa mengetahui siapa pembuatnya.
B. KONSEP
SENI RUPA
1. Pengetian
Seni Rupa
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa
merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui
pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain.
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas
dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak
akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta
merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat
merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa
media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas).
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga
tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun
demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses
belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari
pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni
rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain
itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial,
emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat,
seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat.
Seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk
kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera
penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya
dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak
menutup kemungkinan tekstur ini adalah tekstur maya (ada namun tidak nyata)
atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh
sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita
melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya
2. Fungsi
Seni Rupa
Seni rupa
dapat berfungsi sebagai :
a. media
ekspresi
b. media
komunikasi
c. media
pengembangan bakat
d. media
pendidikan
3. Aspek seni
rupa
a. Aspek
grahita
b. Aspek
Garapan
c. Aspek
Tata
4. Jenis
Karya Seni Rupa
a. Karya rupa
murni yakni karya seni rupa yang sengaja diciptakan sebagai sarana ekspresi
komunikasi,rekreasi dan terapi.Karya seni rupa murni ini dapat berupa dwimarta
ataupun trimatra.
b. Karya seni
rupa terapan yang sengaja dicipta untuk tujuan fungsional.Karya seni rupa ini
pun mencakup 2 macam yakni dwimarta dan trimarta
C. KONSEP
PENDIDIKAN SENI
Pendidikan seni merupakan saran untuk pengembangan kreativitas
anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan.
Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan
untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktivitas permainan.
Melalui permainan, kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini
mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai
alat pendidikan. Melalui permainan dalam pendidikan seni anak memiliki
keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Beberapa aspek penting yang perlu mendapat perhatian
dalam pendidikan seni antara lain kesungguhan, kepekaan, daya produksi,
kesadaran berkelompok, dan daya cipta. Pendidikan seni adalah segala usaha
untuk meningkatkan kemampuan kreatif ekspresif anak didik dalam mewujudkan
kegiatan artistiknya berdasrkan aturan-aturan estetika tertentu. selain itu,
pendidikan seni di SD bertujuan menciptakan cipta rasa keindahan dan kemampuan
mengolah menghargai seni. Jadi melalui seni, kemampuan cipta, rasa dan karsa anak
di olah dan dikembangkan.
Selain mengolah cipta, rasa dan karsa seperti yang
diterapkan di atas, pendidikan seni merupakan mengolah berbagai ketrampilan
berpikir. Hal tersebut meliputi ketrampilan kreatif, inovatif, dan kritis.
Ketrampilan ini di olah melalui cara belajar induktif dan deduktif secara
seimbang.
Dunia anak adalah dunia bermain. Salah satu fungsi seni
adalah sebagai media bermain. Oleh sebab itu, aktivitas berolah seni dapat
dikembangkan melalui bermain. Melalui bermain kemampuan mencipta atau berkarya,
bercita rasa estetis dan berapresiasi seni diperoleh secara menyenangkan.
Melalui kondisi yang menyenangkan seperti ini, anak akan mengulang setiap
aktivitas belajarnya secara mandiri dan akan menjadi kebiasaan dan keinginan
terhadap seni.
D. KONSEP
PENDIDIKAN SENI RUPA SD
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan istilah yang
relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya digunakan istilah
menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini berlangsung cukup lama
hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni rupa.Materi pelajaran
yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga beragam bidang seni rupa yang
lain seperti mematung, mencetak, menempel dan juga apresiasi seni. Tujuan
pengajaran menggambar di sekolah adalah untuk menjadikan anak pintar menggambar
melalui latihan koordinasi mata dan tangan.
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan
kreativitas anak. Pelaksanaan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan
permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan.
Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan
untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan,
melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini
mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat
pendidikan. Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan keterampilan menggambar,
menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan kemampuan apreasiasi seni rupa,
menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan penguasaan
disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan multikultural.
E. PERLUNYA
PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD
Menurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya
penting, penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali
perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu
mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas
perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan
secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk
mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat
mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan;
1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina
hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang
lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan
memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap
emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak
teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama,
mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan
komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.
Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya
seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial
emosional.Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan
gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang
masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak dating
dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun
berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan
pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di
sekolah.
F. JENIS
KARYA SENI RUPA
Jenis karya seni rupa antara lain :
1. Menggambar
Kegiatan menggambar di SD dapat diterapkan dalam berbagai
cara dari mulai pembuatan shet,pengembangan shet,menjadikan karya karya lukis
atau gambar ,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan bantuan
kisi-kisi,dan menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran kepada siswa
bagaimana seorang maestro menggarap karya mereka dari awal sampai akhir.
Kegiatan
coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat
menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang
diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia
mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain,
gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk
bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil
gambar dan cara anak menggambar:
Pertama,
tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun.
Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga
coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang
kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali.
Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan
dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang,
kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan
tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan
sehingga hasil goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak:
1.
Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2.
Mengembangkan daya kreativitas
3.
Mengembangkan kemampuan berbahasa
4.
Mengembangkan citra diri anak
2. Finger
Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah
satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa
dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan
dari kegiatan ini adalah :
- Dapat
melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan
kematangan syaraf.
- Mengenal
konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita
dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi
mereka.
-
Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang
sekunder dan tersier.
-
Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih
imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada
beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
•
Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
•
Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya
kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak
selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang
berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak
usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar
sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan
adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan
mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan
cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja.
Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam
lukisan.Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubu-ngan dengan hidup
mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang
muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka
disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan
dapat membantu mengungkapkanide-ide.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah,
membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah
terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris
“modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah
bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan
sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari
arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas,
karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah
liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk
sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah
liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya.
Teknik
membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya :
a. Disambungkan
Membutsir
Membutsir
adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan cara
diremas-remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan lembek.Bahan
yang biasa digunakan adalah tanah dan plastisin.Selain membutsir dengan tangan
yang diremas-remaskan tetapi sering juga menggunakan alat yang disebut sudip.
b. Memahat
Membentuk
dengan jalan membuang bahan yang tidak dipergunakan dengan cara memahat.Setiap
bahan ada peringkat pahat yang khusus .Media yang dapat dipakai antara lain
kayu,batu es,dsb.Karya yang dibuat dari bahan yang disambung-sambung.
c. Cor
(Menuang)
Proses
menuang menggunakan bahan cair yang dituangkan pada alat acuan yang berbentuk
cetakan.Setelah menjadi keras dikeluarkan dari acuan/cetakan.Bahan cair ini
dibuat dari semen,plastic ,karet dan gips.
d. Merakit
Membuat
karya dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau potongan
bahan.Caranya disebut merakit,hasilnya disebut rakitan.Potongan bahan
disambungkan dengan cara dilas,dipatri,disekrup atau dengan cara yang lain.
5. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau
naskah dengan menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak
tinggi,cetak dalam,cetak saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.
Mencetak
dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun.
Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana
dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak
menemukan bahwa menepukkan spons yang sudah diberi warna di atas menghasilkan
rangkaian pola yang berulang-ulang (perihal mencetak, merupakan suatu
kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya).
Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel.
Stempel tersebut gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta
dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat
dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita.
Untuk
anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka
mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami
prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan
tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat
menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih
diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan
keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup
mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara.
Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah
bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah
membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di
sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia
sekitar mereka.
7. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah
penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di
kelasbiasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain,
bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai
bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang
penggunaan warna, ukuran dan bentuk.
Ada
beberapa macam kolase yaitu:
· Kolase dengan kertas dan kain
· Kolase dengan tekstur
8. 3M
(Menggunting,Menempel,Melipat)
Karya rupa
3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi suatu bentuk tiga
dimensi.Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.
G. PERANAN SENI
RUPA
Peranan Bagi Anak Usia Dini
Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan
yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan.
Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan
bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa
senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak
dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok
mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya.
Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak,
menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa
yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Bermain sangat
berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa.
Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk
berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan
“peranan”; berguna untuk menyiapkan anak mampu melakukan peranan dalam
kehidupan di kemudian hari. Permainan “menerima”; berguna untuk memupuk
kemampuan menerima kebudayaan.
Peranan Guru
Peranan
guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan
memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan
kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang
program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas
pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
Peranan Sekolah
Sekolah
berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan
pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak
menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk
tetap bersikap teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan
petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat.
H. METODE
PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD
1. Strategi
Penataan
Strategi
penataan berkaitan dengan rancangan menata urutan materi pembelajaran dari yang
mudah ke yang sulit, dari konkrit ke abstrak.
2. Strategi
penyampaian
Strategi
penyampaian berkaitan dengan media pembelajaran atau alat bantu pembelajaran
untuk menyampaikan materi yang telah dikemas.
3. Stategi
pengelolaan
Strategi
pengelolaan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan kelas selama pembelajaran
dilaksanakan.
I. MODEL
PEMBELAJARAN SENI RUPA
1. Model
Terkait
Model terkait adalah model pembelajaran terpadu yang
paling sederhana karena menekankan pada hubungan secara eksplisit tentang
konsep atau prinsip,atau pokok bahasan atau ketrampilan atau tugas,atau sikap
dalam suatu bidang studi.Pada pembelajaran SR-KT terpadu keterkaitan dalam
substansial material seni.Model terkait dalam SR-KT terpadu dapat
dimodifikasikan berdasarkan jenis matra substansial seni.Urutan keterkaitan dan
besr bobot materi masing-masing substansial materi yang terkait.
Keunggulan Model Terkait :
Keunggulan Model Terkait :
a. Paling
sederhana sehingga paling mudah di rancang dan dilaksanakan
Terjadi interalisasi karena adanya pengembangan konsep-konsep inti secara terus-menerus
Terjadi interalisasi karena adanya pengembangan konsep-konsep inti secara terus-menerus
b. Memudahkan
proses transfer gagasan-gagasan dalam pemecahan masalah.
Siswa lebih mudah dalam mendapatkan gambaran-gambaran mengenai suatu ketrampilan tertentu.
Siswa lebih mudah dalam mendapatkan gambaran-gambaran mengenai suatu ketrampilan tertentu.
Kelemahan
Model Terkait :
a. Model terkait
pada intinya adalah mengaitkan antara prinsip,konsep ketrampilan dan tugas atau
sikap pada suatu bidang kajian tertentu.Hal ini menyebabkan SR-KT tetap
terpisah dan keterpaduan tidak Nampak walaupun hubungan telah dirancang secara
eksplisit dalam suatu disiplin mata kajian.
b. Fokus
pembelajaran masih bersifat sempit karena usaha-usaha untuk memadukan
gagasan-gagasan dalam suatu bidang studi dapat membatasi usaha mengembangkan
hubungan yang lebih menyeluruh dengan bidang studi lain.
2. Model
Terjala
Merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik. Model ini menekankan hubungan antara dua atau lebih mata
pelajaran melalui tema. Pada pembelajaran senirupa terpadu, model terjala ini
dapat memadukan secara intra bidang studi (seni music, tari) dan inter bidang
studi (senirupa, music, tari, matematika, ips, ipa dll). Keunggulan:
a. Melalui pendekatan tematik, pembelajaran terpadu model ini memiliki kekuaatn komprehensif yang tinggi.
a. Melalui pendekatan tematik, pembelajaran terpadu model ini memiliki kekuaatn komprehensif yang tinggi.
b.
Membangun motivasi siswa melalui kegiatan pemilihan dan pengembangan tema
c.
Meningkatkan kemampuan wawasan guru tentang suatu konsep secara komprehensif
Kelemahan :
Kelemahan :
a.
Membutuhkan waktu yang lama dalam merancang pembelajaran
b.
Ketrampilan seni rupa yang diperoleh siswa kurang optimal
c. Guru memerlukan
kemampuan mengevaluasi proses dan produk pembelajaran agar perncanaan dan
pelaksanaan pembalajaran dapat tercapai secara optimal
3. Model
Terpadu
Model terpadu merupakan pembelahjaran terpadu yang
menggunakan tema yang diangkat dari adanya tumpang tindih tentang konsep
ketrampilan dan sikap dalam kurikulum yang berlaku dari berbagai mata pelajaran
atau mata kajian. Keunggulan :
a. Mampu
membangun motivasi siswa
b. Mampu
mengembangkan aspek sikap pada dampak pengiring dalam pembelajaran
c. Menghemat
waktu
d.
Memiliki kekuatan komprehensif yang tinggi
Kelemahan
:
a.
Membutuhkan kurikulum yang mengacu pada keterpaduan serta kebijakan-kebijakan
pendukung dalam system evaluasi pembelajaran
b.
Membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran dalam merancang model pembelajaran
terpadu
c. Model
terpadu merupakan pembelajaran terpadu yang paling rumit.
J. PENDEKATAN
PEMBELAJARAN SENI RUPA
Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan
pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan
pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan
substansi masing-masing. Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran
yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni
multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara terpadu
meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan
dengan kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara
dua atau lebih bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media
audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari, teater, atau film. Pembelajaran
produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan penyajian
seni yang melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni
pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.
Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni
sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni,
masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara
terpisah. Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai dengan minatnya.
Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru
bidang seni yang bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu
bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan
bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara
terpadu, sesuai dengan kemampuannya.
Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan
secara terpisah, tetapi secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi
seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Pembelajaran yang
bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil,
sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif
dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan
pengetahuan. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan
keahlian profesional, termasuk menggambar dengan mistar (menggambar
konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan
bakat dan minat siswa.
K. PERKEMBANGAN
SENI RUPA ANAK SEKOLAH DASAR
1. Perodisasi
menurut Kerchensteiner (Muharam dan Sundaryati, 1991: 34) Upaya yang telah dilakukan
Kerchensteiner adalah mengadakan penyelidikan pada anak anak dari masa bayi
sampai empat belas tahun. Dari 100.000 buah gambar ia menggolongkannya
dalam beberapa periode, masa, yaitu:
Masa Mencoreng : 0 3
tahun
Masa bagan : 3 - 7 tahun
Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
Masa persfektif : 10 - 14 tahun
Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
Masa persfektif : 10 - 14 tahun
2. Periodisai
menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119) Membagi periodisasi gambar menjadi
tuju tingkatan, yaitu:
Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic : masa adolesen
Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
Masa realisme deskriftif : 7 - 8 tahun
Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa pemunculan artistic : masa adolesen
3. Periodisasi
masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain
adalah: Penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2 sampai 17 tahun
menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.
Perkembangan
Seni Rupa Anak Sekolah Dasar
Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak
didiknya, khususnya landasan teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah
dikembangkan oleh para ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12
tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa secara
garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai
dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan
kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan
rasio. Perbedaan kedua karakteristik ini tampak pada gambar-gambar (karya dua
dimensi) atau model, patung dan perwujudan karya tiga dimensi lainnya.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa
anak-anak. Pertama, mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan
senirupa anak menurut para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak
secara langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan karya anak
berdasarkan rentang usia yang relevan dengan teori yang telah kita pelajari.
Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa memahami perkembangan seni rupa anak
secara komprehensif.
Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang
kehidupan manusia khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal
dengan masa peka. Hal ini dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A
childre who does not draw is an anomaly, and particulary so in the years
between 6 an 10, which is outstandingly the golden age of creative expression”.
Pada masa peka atau keemasan ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang
dimilikinya berfungsi secara maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda.
Secara umum, masa peka menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka
perkembangan ingatan logis pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati,
1991: 33).
Selanjutnya, untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar
dapat melakukan ekspresi kreatif, maka guru perlu melakukan kegiatan berupa: 1)
memberi perangsang (stimulasi) kepada siswa, 2) guru dapat mempertajam
imajinasi dan memperkuat emosi siswa dengan menggunakan metode pertanyaan yang
dikembangkan Sokrates.
Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak
lebih spontan dan kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi
karena semakin tinggi usia anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang
sehingga dapat berpikir kritis. Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam hal
spontanitas dan kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi dengan baik,
maka dalam membuat karya seni, misalnya menggambar, mereka selalu
mempertimbangkan objek gambar secara rasional; bentuk yang baik, proporsi yang
tepat, penggunaan warna yang cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru
pendidikan seni rupa perlu memahami perkembangan artistik (artistic
development) peserta didik.
1. Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period)
Kesenangan membuat goresan pada anak-anak usia dua
tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan
jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Hal ini dapat kita temukan anak
yang melubangi atau melukai kertas yang digoresnya. Goresan-goresan yang dibuat
anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu bentuk objek. Pada awalnya,
coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama
hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau
horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih
mengunakan moRotik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya penggambaran
garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga
sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap,
yaitu: 1) corengan tak beraturan, 2) corengan terkendali, dan 3) corengan bernama.
Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah
bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat
membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi Corengan
terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap
coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara
koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini
terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal ,
vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng
moreng. Biasanya terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan
bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama,
misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”. Anak-anak memiliki jiwa bebas, ceria.
Mereka sangat menyenangi warna-warna yang cerah misalnya dari crayon.
Kesenangan menggunakan warna biasanya setelah ia bisa memberikan judul terhadap
karya yang dibuatnya. Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada
penguasaan teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan
penempatannya dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi. Pada masa mencoreng,
bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan memiliki peluang untuk
melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan koordinasi gerak,
dan mulai menyadari ada hubungan gambar dengan lingkungannnya. Hal yang paling
penting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada masa ini adalah dengan
memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga tercipta
kemampuan komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa.
2. Masa Pra
Bagan (Pre Schematic Period)
Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang
pendidikan TK dan SD kelas awal. Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang
digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang
menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai
pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah
menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia
sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan
tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna
lain yang disenanginya.
3. Masa Bagan
(Schematic Period)
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung
mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah
(tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus
dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan).
Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis
pijak (base line)
4. Masa
Realisme Awal (Early Realism)
Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai
kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan
sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Selain itu kesadaran untuk
berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini. Perhatian kepada objek
sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi
(perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai
disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air laut. Penguasan konsep ruang
mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar,
melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain
dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan
irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya:
anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan
kepada boneka atau bunga.
5. Masa
Naturalisme Semu
Pada masa naturalisme semu, kemampuan berfikir abstrak
serta kesadaran sosialnya makin berkembang. Perhatian kepada seni mulai kritis,
bahkan terhadap karyanya sendiri. Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak
jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual
memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus
pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi)
serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan
keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya.
Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari.
Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu
sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya
berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan
menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti kucing?
Sementara kemampuan menggambar kucing kurang misalnya.Sebagai akibatnya mereka
malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya.
6. Periode
Penentuan
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan
kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat
cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa
tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan.
Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa
keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni
bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan
terhindar dari sentuhan